Geografer masyhur itu bernama lengkap Hadji Muhiddin Piri Ibnu Hadji Mehmed. Ia terlahir di kota Gallipoli yang terletak di dekat Pantai Aegea pada 1465. Selain dikenal sebagai seorang geografer dan kartografer, Piri juga sembat menduduki jabatan Laksamana di Kekhalifahan Turki Usmani.
Jejak hidup Piri mulai diperbincangkan, ketika para sejarawan menemukan peta dunia yang dibuatnya pada 1513 M. Peta dunia yang diciptakan Piri ditemukan di Istana Topkapi Istanbul pada 1929. Yang paling menakjubkan, peta buatan Piri itu mampu menampilkanpeta Amerika zaman kuno.
Tak heran, jika peta yang diciptakannya ditabalkan sebagai ''petunjuk dunia baru''. Salah satu peta Amerika tertua lainnya sempat dibuat Juan de la Cosa pada 1500 M, yang sampai saat ini masih disimpan di dalam Museum Kelautan di Madrid, Spanyol.
Peta karya Piri begitu fenomenal. Betapa tidak, dalam peta dunia pertamanya, Piri berhasil menampilkan peta dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi dalam menggambarkan jarak dan posisi antarbenua yang ada di dunia. Posisi benua Afrika dan Amerika dibuat demikian detil dan teliti, termasuk memasukkan gambar Amerika Selatan.
Kehebatan Piri juga terletak pada kemampuannya menggambarkan posisi-posisi benua maupun negara-negara dengan letak yang akurat. Sangat sulit untuk menemukan kartografer sehebat Piri, pada zamannya. Peta buatan Piri dikenal sangat akurat. Berkat kehebatannya itulah, Piri pun menjelma menjadi kartografer terkemuka pada zamannya.
Sejumlah ahli mengatakan Piri membuat peta dunia pertamanya dengan pusatnya di Sahara.
Namun, seorang ilmuwan yang bernama Charles Hapgood dalam bukunya yang berjudul Maps of the Ancient Sea Kings: Evidence of Advanced Civilization in the Ice Age, menduga, Piri membuat peta dunia pertamanya berdasarkan pengetahuannya tentang Antartika dari peradaban Zaman Es.
Pada 1528, Piri membuat peta dunianya yang kedua dengan menggambarkan Greenland dan Amerika Utara dari Labardor, Newfoundland, hingga ke arah utara menuju Florida, Kuba, dan bagian dari Amerika Tengah.
Sebelum berkiprah dalam bidang geografi dan kartografi, Piri mulai bekerja di Angkatan Laut Kekhalifahan Turki Usmani pada 1481. Ia mengikuti jejak pamannya yang bernama Kemal Reis, pelaut ulung pada masa itu. Berbagai ekspedisi diikuti Piri dalam kariernya sebagai seorang marinir.Pada saat berekspedisi bersama Angkatan Laut Turki Usmani, Piri ikut bertarung melawan pasukan angkatan laut Spanyol, Genoa, juga Venezia. Dia juga ikut bertempur dalam Pertempuran Lepanto I pada 1499. Pa 1500, ia terlibat dalam Pertempuran Lepanto II, yang juga dikenal sebagai Pertempuran Modon.
Setelah pamannya Kemal Reis meninggal pada 1511, Piri kembali dari pertempuran menuju Gallipoli. Dia lalu mulai menulis bukunya yang berjudul Kitab-i Bahriye (Buku Tentang Navigasi). Pada 1513, dia membuat peta dunianya yang pertama berdasarkan puluhan peta tua yang dia koleksi dan dari perjalanannya.
Rupanya Piri juga memiliki koleksi peta buatan Christopher Columbus. Menurut catatan sejarah, Piri mendapatkan peta dari pamannya Kemal Reis yang diperoleh saat bertempur dengan pasukan Spanyol. Pada waktu itu, pamannya menangkap tujuh kapal Spanyol di Valencia, di sana terdapat beberapa kru Columbus yang membawa peta itu, dan merebutnya dari mereka.
Pada 1516, Piri kembali melaut dengan kapal milik Kekaisaran Turki Usmani. Dia ikut bertempur melawan Mesir pada 1516 hingga 1517. Pada tahun yang sama, dia juga berhasil menunjukkan peta dunianya yang pertama kepada Sultan Selim I.
Piri kemudian menyelesaikan karyanya Kitab-i Bahriye pada 1521. Lalu dia ikut bertempur melawan Ksatria St John dengan pasukan Kekaisaran Turki Usmani. Dalam pertempuran tersebut Ksatria St John kalah dan menyerahkan Pulau Rhodes kepada Turki Usmani pada t25 Desember 1522.
Dua tahun kemudian, Piri didaulat menjadi kapten kapal Turki Usmani dan mengantarkan Wazir Kekaisaran Turki Usmani, Makbul Ibrahim Pasah menuju Mesir. Sang wazir kemudian memberitahu Piri untuk mengedit bukunya dan menghadiahkan buku tersebut kepada Sultan Sulaiman Yang Agung pada 1525.
Tiga tahun kemudian, dia mempersembahkan peta dunia keduanya kepada Sultan Sulaiman. Berkat prestasinya yang semakin moncer, pada 1547, Piri diangkat sebagai laksamana armada Turki Usmani. Dia memimpin armadanya ke Samudera Hindia dan ke Mesir lalu membuat kantor di terusan Suez.
Setahun kemudian, tepatnya pada 26 Februari 1548, dia mengambil Aden dari Portugis dan mengambil Muskat, Oman yang berada di bawah kekuasaan Portugis sejak 1507 dan menjadi pulau yang penting di Kish. Dalam ekspedi berikutnya, Piri menaklukan Pulau Hormuz yang terletak di Selat Hormuz yang menjadi pintu masuk menuju Teluk Persia.
Ketika Portugis mulai meningkatkan perhatiannya ke Teluk Persia, Piri berusaha keras menaklukkan Semenanjung Qatar dan Pulau Bahrain. Penaklukan kedua wilayah tersebut dilakukan oleh Piri untuk mengusir dan mendesak Portugis supaya tidak memiliki armada di pantai-pantai di Arab. Hal itu tentu saja akan menyulitkan Portugis untuk menaklukan wilayah-wilayah di Timur Tengah.
Setelah melakukan penaklukan kedua wilayah tersebut, dia kembali lagi ke Mesir. Ketika usianya mencapai 90 tahun, dia menolak permintaan Gubernur Basra di bawah kekaisaran Turki Usmani untuk membantu melawan Portugis di bagian Utara Teluk Persia mengingat usianya yang semakin renta. Dia khawatir dengan kekuatan kondisi fisiknya yang semakin lemah.
Hingga kini, kiprah dan dedikasi Piri terus dikenang masyarakat Turki. Guna mengenang jasanya yang tak ternilai, sejumlah kapal perang dan kapal laut milik Angkatan Laut Turki diberi nama Piri Reis.
Kitab-i Bahriye, Adikarya Sang Kartografer
Kitab-i Bahriye berarti buku tentang Navigasi. Ini merupakan salah satu karya Piri Reis yang sangat legendaris. Buku tersebut merupakan buku navigasi yang diaukui kehebatannya, sangat bagus dan detail. Kitab-i Bahriye berisi informasi yang mendetil tentang pelabuhan-pelabuhan utama, laut, teluk, semenanjung, tanjung, berbagai pulau, selat, juga tempat-tempat peristirahatan di Laut Mediterania.
Dalam buku tersebut, Piri juga menuliskan tentang informasi yang berhubungan antara astronomi dengan navigasi. Selain itu, dia juga menginformasikan tentang berbagai macam teknik navigasi di lautan. Buku tersebut juga berisi mengenai orang-orang lokal dari setiap negara yang terletak di Laut Mediterania, termasuk juga budaya lokalnya.
Kitab-i Bahriye ditulis Piri antara 1511 hingga 1521. Lalu buku tersebut diedit lagi dengan penambahan berbagai macam informasi baru pada 1524. Piri mendedikasikan buku itu untuk Sultan Sulaiman. Buku tersebut merupakan hasil perjalanan bersama pamannya Kemal Reis selama berkeliling Laut mediterania.
Dalam buku setebal 434 halaman itu terdapat sebanyak 290 peta. Kitab-i Bahriye memiliki dua bagian penting. Bagian pertama berisi tentang tipe-tipe badai di laut, teknik menggunakan kompas, juga informasi tentang pelabuhan dan pantai-pantai. Dia juga menuliskan teknik navigasi berdasarkan bintang dan karakteristik samudera-samudera utama.
Bagian kedua dari Kitab-i Bahriye berisi tentang pentujuk pelayaran. Setiap topik berisi gambar peta tentang pulau maupun pantai. Di bagian kedua dia menggambarkan Selat Dardanela, terus menggambarkan pulau-pulau dan pantai-pantai di Laut Aegea, Laut Ionea, Laut Adriatik, Laut Tirania, Laut Liguria serta Riviera Prancis.
Piri juga melengkapinya dengan Pulau-pulau Balearik, Pantai Spanyol, Selat Gibraltar, Pulau Canary, Pantai-pantai di Afrika Utara, Mesir, Sungai Nil, juga pantai-pantai di Anatolia. Pada bagian ini, dia juga menuliskan berbagai macam bangunan penting maupun monumen di setiap kota yang dia kunjungi.
Kopian pertama Kitab-i Bahriye banyak ditemukan di berbagai perpustakaan dan museum di seluruh dunia. Kopian yang pertama yang diterbitkan pada 1521, ditemukan tersimpan di Istana Topkapi, sedangkan kopian lainnya tersimpan di perpustakaan Nuruosmaniye dan perpustakaan Suleymaniye di Istanbul, di Perputakaan Nasional Vienna, di Perputakaan Nasional Prancis, di Museum Inggris di London, di Perpustakaan Bodleian di Oxford, juga di museum seni Walters di Baltimore.
Sedangkan kopian kedua Kitab-i Bahriye juga ditemukan di Istana Topkapi, di Perpustakaan Kopruluzade Fazil Ahmed Pasa dan di Perpustakaan Suleymaniye Turki, juga di Perpustakaan nasional Prancis.(rpb
1 komentar:
owhhh ternyta ada seorang geographer juga orang muslim
saya baru tahu...
makasih infonya
Posting Komentar